LUGAS | Jakarta Timur - Sabtu dini hari, Jl. Dewi Sartika yang biasanya lengang justru menjadi medan bentrokan sekelompok remaja bersenjata tajam. Aksi yang nyaris menjadi tragedi berdarah itu berhasil digagalkan oleh Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Jakarta Timur yang sedang melakukan patroli rutin jelang subuh.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB, Sabtu, 19 April 2025, ketika tim yang dipimpin oleh Aipda Agus Beni bersama sembilan personel lainnya mendapati sekumpulan pemuda yang terlibat dalam aksi tawuran brutal di depan pusat perbelanjaan PGC Cililitan. Tanpa kompromi, tim langsung melakukan tindakan tegas.
"Hasil patroli kami berhasil membubarkan aksi tawuran dan mengamankan 9 orang pemuda bersama 12 senjata tajam jenis celurit, dua unit sepeda motor, serta tiga unit ponsel," ujar salah satu anggota Tim Patroli.
Mereka yang diamankan berasal dari berbagai wilayah di Jakarta Timur, mulai dari Kramat Jati, Duren Sawit, Makasar, hingga Cawang. Yang mengejutkan, sebagian besar dari mereka masih di bawah umur, bahkan ada yang baru berusia 14 tahun. Seorang di antaranya, bernama Azfar (16), tercatat masih aktif sebagai pelajar SMK Budi Murni 1. Ada pula Kemi Hiroh (15), siswa SMP Negeri 281, dan Naisila Bunga Araci (15) yang sudah tidak bersekolah.
Berikut identitas lengkap para pemuda yang diamankan:
1. Ahmad Fadli (21) – Tukang kambing, warga Balekambang, Kramat Jati
2. Azfar (16) – Pelajar SMK Budi Murni 1, Pondok Bambu, Duren Sawit
3. Muhammad Akbar Fareza (14) – Siswa SMPN 135, Duren Sawit
4. Aksyal Fasya Fava (22) – Tidak bekerja, warga Cawang
5. Savio Lano Ramadhan (20) – Warga Kampung Makasar, pemilik akun Instagram @compton25official
6. Bagus Hermansyah (19) – Siswa Paket C, warga Kramat Jati PLN
7. Elang Muria Rizky (17) – Pelajar Budi Warman 1, warga Jengki, Makasar
8. Juan Alsyad (22) – Pengangguran, pemilik motor Vario hitam, warga Makasar
9. Kemi Hiroh (15) – Siswa SMPN 281, warga Kramat Jati
10. Naisila Bunga Araci (15) – Tidak sekolah, warga Duren Sawit Baru
Selain alat bukti berupa senjata tajam dan kendaraan, pihak kepolisian juga menyita beberapa unit handphone yang diduga digunakan untuk berkoordinasi melalui media sosial. Beberapa akun media sosial milik para pelaku juga kini sedang dalam proses penelusuran digital forensik oleh Unit Cyber Crime Polres Metro Jakarta Timur.
Para pemuda ini selanjutnya dibawa ke Mako Polres Jakarta Timur untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi masih mendalami motif dan kemungkinan adanya aktor intelektual yang mengorganisasi pertemuan mereka di lokasi tersebut.
Generasi Muda di Persimpangan Jalan
Kasus ini kembali menyentil isu klasik Jakarta Timur: rentannya remaja di kawasan urban terhadap pergaulan bebas, kekerasan jalanan, dan budaya geng. Lingkungan sosial yang keras, minimnya pengawasan keluarga, serta glorifikasi kekerasan di media sosial menjadi pemantik mudah bagi terjadinya kekerasan kolektif.
Kriminolog Universitas Indonesia, Dr. Andi Widjajanto, menilai bahwa fenomena tawuran remaja bukan sekadar persoalan moral, tetapi lebih dalam: problem sistemik. "Kita melihat absennya struktur kontrol sosial, lemahnya institusi pendidikan di level lokal, dan tidak adanya model rekreasi sehat yang bisa menjadi outlet energi anak-anak muda," katanya.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Timur tengah mempersiapkan pendekatan yang lebih integratif bersama pemerintah daerah, dinas pendidikan, dan tokoh masyarakat untuk menyusun strategi pencegahan dini.
Langkah ke Depan
Tawuran dini hari ini menjadi alarm keras bahwa pencegahan harus dilakukan jauh sebelum senjata terangkat di jalanan. Program patroli preventif memang terbukti ampuh untuk memadamkan konflik sebelum membakar. Namun kerja besar menanti: membangun kesadaran dan menciptakan ruang aman bagi generasi muda untuk tumbuh.
Pihak kepolisian berharap agar para orang tua, guru, dan komunitas setempat ikut berperan aktif. Sebab jika tidak, jalan Dewi Sartika yang dini hari ini kembali tenang, mungkin saja akan memerah di lain waktu.
Tidak ada komentar