LUGAS | Lembang – Tim Rukyatul Hilal Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Bandung Barat kembali melaksanakan pemantauan hilal dalam rangka penentuan awal Syawal 1446 Hijriah. Kegiatan yang berlangsung di Observatorium Bosscha, Lembang, pada Sabtu (29/3/2025) ini turut dipantau langsung oleh Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat, H. Asep Ismail.
Pelaksanaan rukyatul hilal tahun ini menghadapi tantangan cuaca yang cukup bervariasi. Meskipun langit di kawasan Lembang cenderung cerah, keberadaan awan tebal menghalangi visibilitas optimal dalam observasi hilal. Ketua Tim Rukyatul Hilal DPD LDII Kabupaten Bandung Barat, Eka Karyana, menyampaikan bahwa hasil pengamatan tidak berhasil menangkap hilal 1 Syawal 1446 Hijriah.
“Kita mempunyai data awal hasil hitungan astronomis bahwa posisi bulan akan terbenam terlebih dahulu dibanding dengan matahari. Posisi azimut matahari berada di 273°, sementara azimut bulan di sekitar 174°, sehingga hilal tidak bisa terlihat,” jelas Eka.
Wakil Bupati Bandung Barat, H. Asep Ismail, yang turut hadir dalam pengamatan ini menegaskan pentingnya menjadikan hasil rukyatul hilal sebagai pedoman bersama bagi umat Islam.
“Tentu harapannya untuk seluruh ormas Islam agar menjadikan hasil penglihatan ini sebagai rujukan dalam menjaga kebersamaan,” ujar Asep.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Barat, H. Azam Mustajam, mengungkapkan bahwa pengamatan dilakukan di 11 titik berbeda di Jawa Barat, termasuk Bosscha. Hingga pengamatan selesai, tidak ada satu pun laporan yang menyatakan hilal terlihat.
“Hasil pemantauan di 11 titik di Jawa Barat, termasuk di Bosscha, menunjukkan bahwa tidak ada laporan yang menyatakan hilal terlihat. Oleh karena itu, hasilnya akan diserahkan ke pusat untuk diputuskan dalam sidang isbat,” kata Azam.
Rukyatul hilal memiliki nilai penting tidak hanya dalam penentuan awal bulan Hijriah, tetapi juga sebagai bagian dari upaya konsistensi ilmiah dan ukhuwah Islamiyah. Bagian Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPD LDII Kabupaten Bandung Barat, H. Agus Gunawan, menekankan bahwa kegiatan ini juga menjadi momen silaturahmi antarorganisasi Islam dan praktisi ilmu falak.
“Pengamatan hilal yang biasa kita latih setiap bulan kini diterapkan untuk melihat tanggal 1 Syawal 1446 Hijriah. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi,” ungkap Agus.
Di Indonesia, rukyatul hilal merupakan metode tradisional yang masih digunakan dalam penentuan awal bulan Hijriah, khususnya dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Metode ini telah dilakukan sejak zaman kerajaan Islam Nusantara dan semakin berkembang dengan adopsi teknologi modern dalam bidang astronomi.
Observatorium Bosscha sendiri, yang berdiri sejak 1923, telah menjadi salah satu lokasi strategis untuk pengamatan hilal di Indonesia. Keberadaannya yang berada di dataran tinggi Lembang memberikan keuntungan dalam melakukan observasi astronomis dengan minimnya polusi cahaya.
Hasil akhir dari pengamatan rukyatul hilal yang dilakukan oleh Tim DPD LDII Kabupaten Bandung Barat di Observatorium Bosscha memastikan bahwa hilal tidak bisa terlihat. Dengan demikian, keputusan resmi mengenai awal Syawal 1446 Hijriah akan menunggu hasil sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan pengamatan serupa di berbagai wilayah Indonesia. Keberlanjutan metode rukyatul hilal, didukung dengan peran aktif pemerintah daerah dan organisasi Islam, menunjukkan sinergi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan dalam menentukan kalender Hijriah di Indonesia.
Laporan Muhammad Ramlan | Editor: Mahar Prastowo | LUGAS
Laporan Muhammad Ramlan | Editor: Mahar Prastowo | LUGAS
Tidak ada komentar