LUGAS | Jakarta – Satu lagi Rakornas digelar. Kali ini soal bencana. Pesertanya? Ribuan. Yang datang langsung ke Graha BNPB, Jakarta, ada 232 orang. Sisanya, 4.755 orang mengikuti secara daring.  

Rakornas Penanggulangan Bencana (PB) 2025 ini mengusung tema yang tidak main-main: Meningkatkan Kemampuan Daerah dalam Pengurangan Risiko Bencana. Artinya, kepala daerah harus lebih sigap. Tidak boleh hanya reaktif.  

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, langsung menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Terutama bagi gubernur, wali kota, dan bupati yang baru dilantik.  

“Rakornas ini momentum bagi kepala daerah untuk memperkuat kapasitas menghadapi bencana,” tegasnya.   




Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menambahkan. Menurutnya, risiko bencana tidak akan berkurang tanpa keterlibatan semua pihak.  

Ia menyoroti banjir di Bekasi awal Maret lalu. “Air tidak bisa dibohongi. Jika hulu tidak dijaga, maka banjir di hilir tinggal menunggu waktu,” katanya.  

Para pembicara lain juga menekankan pentingnya mitigasi. Dari Kepala Bappenas Rachmat Pambudy hingga Wamen ATR/BPN Ossy Dermawan. Semua sepakat: daerah harus lebih siap.  

Senkom Siap Berperan  


Senkom Mitra Polri ikut ambil bagian. Diwakili Tri Joko, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana dan SAR (PBSAR), organisasi ini menyatakan siap berkontribusi.  

Ia mengapresiasi BNPB yang menghadirkan banyak pakar di Rakornas ini.  

“Dengan peningkatan kapasitas daerah, respons terhadap bencana akan lebih cepat dan efektif,” ujarnya.  

Menurutnya, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan organisasi relawan adalah kunci.  

“Pengurangan risiko bencana bukan hanya tugas pemerintah pusat. Semua pihak harus terlibat,” tegasnya.  

Rakornas ini memang hanya berlangsung sehari. Tapi dampaknya? Seharusnya bertahun-tahun. Asalkan, hasilnya tidak berhenti di forum ini saja.  (*)