LUGAS | Jakarta — Sabtu malam itu, Jakarta tidak benar-benar gelap. Tapi di satu sudut ibukota, di kawasan Tebet yang sibuk, ada seberkas cahaya yang berbeda. Cahaya lilin. Bukan untuk makan malam romantis. Tapi untuk bumi. Untuk kehidupan. Dan untuk budaya.

Wyndham Casablanca Jakarta, hotel yang biasanya gemerlap, malam itu sengaja meredupkan diri. Bukan karena mati listrik, tapi karena hidup kesadaran.

Earth Hour 2025 diperingati dengan cara yang tidak biasa. Tidak dengan kampanye, spanduk, atau slogan. Tapi lewat tarian. Lewat gerakan yang senyap, namun berbicara lebih lantang dari kata-kata.

Di lobi utama hotel, para tamu disambut oleh pertunjukan Tari Seribu Tangan — tarian yang mengalir indah, menggambarkan kebersamaan, keharmonisan, dan kekuatan bekerja bersama untuk sesuatu yang lebih besar: menyelamatkan bumi.

“Semua gerakan itu seperti doa. Seperti bisikan dari bumi yang lelah, tapi masih berharap,” kata seorang tamu dari Belanda yang menyaksikan dengan mata berkaca-kaca. 



Menyusul setelahnya adalah Indonesia Vaganza. Parade budaya nusantara yang dibalut dalam satu panggung mini, tapi menyimpan makna besar: kekayaan budaya Indonesia tidak bisa dilepaskan dari alamnya. Hutan, sungai, gunung, laut—semua itu bukan hanya sumber daya, tapi sumber cerita, sumber tarian, sumber kehidupan.

“Pertunjukan ini bukan hanya tentang seni. Ini pengingat bahwa budaya kita tak akan bertahan jika lingkungannya hancur,” ujar Indra Budiman, General Manager Wyndham Casablanca Jakarta, dengan nada tenang namun dalam.

Indra tidak sekadar bicara. Ia memimpin langsung langkah-langkah kecil yang punya dampak besar. Dari efisiensi air dan listrik, hingga pengurangan limbah hotel. Semua itu menjadi bagian dari komitmen mereka, yang kini membuahkan hasil: Sertifikasi Wyndham Green Level 3.

“Ini bukan akhir, tapi awal. Kami akan terus belajar dan bertumbuh,” ujarnya.

Hotel yang punya kolam laguna, sauna, restoran barat dan kafe lokal, serta 12 ruang acara modern ini, malam itu tidak bicara soal kenyamanan. Tapi tentang tanggung jawab. Tentang bagaimana tempat istirahat bisa menjadi tempat kesadaran. 

Dan para tamu pun ikut larut. Mereka diminta mematikan lampu kamar dari pukul 20.30 hingga 21.30. Satu jam yang sederhana. Tapi jika dilakukan bersama-sama, bisa jadi langkah awal untuk bumi yang lebih baik.

Tidak ada sorakan. Tidak ada pesta. Hanya keheningan yang diisi cahaya lilin dan lenggok budaya.  

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, ada momen teduh. Ada tarian yang menyentuh, bukan hanya mata, tapi juga hati.

Dan siapa sangka, perubahan bisa dimulai dari lobi sebuah hotel?


Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Facebook @Wyndham Casablanca Jakarta, Instagram @wyndhamcasablancajakarta, @rivagrillnbar, @cafeonejkt & @thebakeryjakarta, Youtube @Wyndham Casablanca Jakarta, dan TikTok @wyndhamcasablancajakarta 




Laporan Muhammad Fadhli | Editor: Mahar Prastowo