Header Ads

Upaya Tingkatkan Akurasi Penentuan Awal Bulan Hijriah, LDII Gelar Pelatihan Hisab dan Rukyat di Sleman



LUGAS | SLEMAN - Dalam upaya memperdalam pemahaman tentang ilmu falak dan meningkatkan akurasi penentuan awal bulan Hijriah, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Pendidikan dan Pelatihan Hisab dan Rukyat. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis (6/2/2025) di Griya Antariksa, Jalan Gejayan No. 04, Soropadan, Depok, Sleman.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program Pendidikan Agama dan Dakwah (PKD) LDII DIY dan diikuti oleh 30 peserta dari berbagai pondok pesantren di wilayah Yogyakarta. Mereka mendapat pelatihan langsung mengenai ilmu falak—atau astronomi Islam—yang menjadi dasar dalam menentukan awal bulan hijriah, termasuk awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber utama H. Mutoha Arkanuddin dari Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama DIY. Dalam sesi tersebut, peserta mendapatkan pemahaman mengenai teori hisab—yakni perhitungan matematis dalam menentukan posisi bulan—serta rukyat atau observasi langsung hilal (bulan sabit pertama) dengan menggunakan instrumen modern dan alat tradisional.



"Hilal tidak hanya bisa ditentukan dengan rukyat semata, tetapi juga harus dikombinasikan dengan metode hisab yang presisi. Ilmu falak berkembang pesat di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan penyempurnaan rumus-rumus astronomi. Dengan observasi yang teliti, hasil hisab akan semakin akurat dan mendekati presisi," ujar Mutoha dalam pemaparannya.

Para peserta diberikan kesempatan untuk melakukan simulasi pengamatan hilal menggunakan teleskop dan instrumen hisab lainnya. Pelatihan ini menjadi momentum bagi para santri dan pengurus pesantren untuk memahami metode yang telah distandarisasi dalam penentuan awal bulan hijriah oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.



Ketua DPW LDII DIY, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga kaidah ilmiah dalam praktik hisab dan rukyat.

"Kami berharap para peserta, khususnya dari kalangan pondok pesantren, dapat memahami ilmu falak secara komprehensif serta menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kegiatan rukyatul hilal. Ini penting agar hasil penentuan awal bulan hijriah selaras dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama," ujar Atus.

Lebih lanjut, Atus menekankan bahwa pelatihan ini juga bertujuan untuk memperkuat sinergi antara LDII, Kementerian Agama, dan lembaga terkait dalam mendukung pengembangan ilmu falak di Indonesia.

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan generasi muda Muslim, terutama dari kalangan pesantren, semakin memahami pentingnya metode ilmiah dalam menentukan awal bulan hijriah. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi potensi perbedaan dalam penentuan kalender Islam di Indonesia, yang kerap menjadi perdebatan di masyarakat.


Laporan Wisnu Jatmiko
Editor: Mahar Prastowo

Tidak ada komentar