Header Ads

Perlu Paradigma Baru Tata Kelola Sampah, dari Linear ke Sirkular Ekonomi


LUGAS  |  Tarakan -  Pengelolaan sampah masih jadi persoalan serius di Indonesia khususnya kota tarakan, Kalimantan Utara. Pola pengelolaan linear atau kumpul-angkut-buang itu tidak bisa lagi menyelesaikan masalah sampah yang semakin parah.

Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) mencatat diperkirakan ada 185.753 ton sampah yang dihasilkan oleh 270 juta penduduk setiap harinya menumpuk ditempat pembuangan akhir TPA.

Dalam sesi Sharing Bisnis UMKM - Tarakan (3/9), narasumber H. Ahmad Yani Hadi Brata yang akrab disapa Yani mengatakan harus ada paradigma baru dalam pengelolaan sampah  dimana tata kelolanya (pemilihan, pengangkutan,pengolahan dan pembuangan) untuk limbah B3 sudah diarahkan berbasis sirkular ekonomi dengan program 3R (Reduce , Reuse, Recycle).

"Sehingga tidak hanya dapat menekan volume sampah plastik tetapi dapat menjadi  nilai tambah ekonomi yang  mendatangkan rupiah," ujar Yani. 

Lanjut Yani, "persampahan menjadikan  peluang bagi bisnis UMKM.  Contoh bahan baku seperti bekas botol air kemasan terbuat dari  PET (Polyethylene terephthalate) merupakan  sampah plastik bernilai tinggi untuk bahan baku Dakron,  dijadikan karpet, springbed, bahan kursi, garmen dan lain-lain.  Itu semua adalah  konsep pengelolaan sampah berbasis sirkular ekonomi melalui Bank Sampah yang saat ini kami sudah jalankan."

Selaku Ketua Asosiasi Bank Sampah se-Kalimantan Utara Yani juga mengajak masyarakat untuk ikut "Gerakan Pilah Sampah"  yang dimulai dari rumah masing-masing.

Gerakan Pilah Sampah ini dimotori juga oleh  Pemko Tarakan melalui Dinas Lingkungan Hidup.

Tujuan gerakan ini adalah meminimalisir kiriman sampah ke TPA, karena sampahnya dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan masyarakat secara berkesinambungan melalui program Sirkular Ekonomi yang bersinergi dengan Bank Sampah yang ada. []


Laporan Yudha
Editor: Mahar Prastowo

Tidak ada komentar