LUGAS | IPTEK - "Latar
belakang ide penelitian tim peneliti berangkat dari tingginya angka
kematian ibu hamil di Indonesia. Tim kemudian mengembangkan mi instan
dari jagung instan yang dilengkapi dengan zat gizi mikro yang dibutuhkan
selama masa kehamilan.” Kata Kamalita Pertiwi, salah satu anggota tim
peneliti yang meraih juara ketiga dalam Developing Solutions for
Developing Countries Competition [DSDC] di Anaheim, Amerika Serika.
Dengan
tema lomba aplikasi dan teknologi pangan, serta pengembangan produk dan
proses baru untuk meningkatkan kualitas kehidupan populasi di negara
berkembang.
Senada dengan Kamalita Pratiwi, adalah Susana,
PD.Eng, Kepala Divisi Pusat Riset Nutrifood, menurutnya team mahasiswa
asal Indonesia dapat meraih kemenangan karena bobot hasil penelitian
mereka sesuai dengan tema kompetisi internasional yang diadakan pada
6-9 Juni lalu, oleh Institute of Food Technologist (IFT) Student
Association.
Tim mahasiswa peneliti Indonesia kesemuanya dari
strata-1, sementara dari negara lain berasal dari pasca sarjana. Mereka,
terdiri dari Galih Nugroho, Ari Try Purbayanto, Riza Aris Apriady,
Kamalita Pertiwi, serta Catherine Haryasyah.
Memilih penelitian
tentang mie instan berdasarkan diversifikasi pangan untuk menggantikan
konsumsi beras. Mi instan sendiri, yang banyak ditemui adalah yang
terbuat dari bahan gandum yang harus diimport dari luar negeri.
Dijelaskan
oleh Purwiyatno Hariyadi, PhD; dosen pembimbing tim mahasiswa
peneliti, dengan memilih jagung sebagai bahan baku, karena jagung dapat
diproduksi didalam negeri meskipun untuk kualitas tertentu tetap harus
import. Namun pada dasarnya, jika hasil penelitian ini dapat diproduksi
massal untuk komersial, akan menguntungkan petani juga.
Dilema Peneliti
Berbagai
hasil penelitian telah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia, namun
seringkali mandeg hanya sebatas penelitian, tak dapat diproduksi secara
massal. Ketika peneliti menjawab kebutuhan mesyarakat akan kemasan 2 in
1, mahasiswa STIKOM Surabaya berhasil menjadi juara lomba International
Packaging Award di Amerika.
Masalah kemasan juga dilakukan
penelitian. Kemasan dari bahan plastik berasal dari minyak fosil
diperkirakan persediaan makin tipis dan plastik juga susah terurai.
Dipilih kemasan yang dapat dimakan, yakni dari singkong diujicobakan.
Kini, jagung sebagai mie instant, juga berhasil menjadi terobosan, tapi
kapankah dapat diproduksi massal?
“Kami berharap pemerintah dapat
membantu merealisasikan ini.” Kata Purwiyatno Haryadi, Ph.D yang kini
menjabat Direktur SEAFAST center, IPB.
Susana, STP, MSc, PD.Eng,
mendukung keikutsertaan tim mahasiswa Teknologi Pangan IPB dalam DSDC,
karena mereka memberikan kontribusi besar bagi perkembangan teknologi
pangan untuk kemajuan bidang kesehatan di tanah air.
"Memang
saat ini kami baru mendukung para mahasiswa untuk ikut dalam kompetisi
tersebut, namun kami belum berencana memproduksi secara massal untuk
komersial.” Ujar Susana.
Meski Susana mengatakan bahwa pihaknya
terbuka untuk menjadi mitra jika hasil penelitian ini untuk diproduksi
massal dan dikomersialkan, nampaknya belum akan terwujud dalam waktu
dekat. Untuk itu, team mahasiswa IPB akan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat luas. (HOKI)
Tidak ada komentar