LUGAS | Jakarta - Karopenmas Divhumas Polri Brigjen M. Iqbal menegaskan, penyelidikan
dugaan keterlibatan oknum militer masih bias. Sampai saat ini,
penyelidikan belum menunjukkan adanya kepastian terkait oknum mana pun,
termasuk Babinsa.
Iqbal menyebut belum sampai pada kesimpulan siapa yang berada di balik penyebaran hoax.
"Yang pasti, siapapun yang terlibat dalam menyebarkan hoax tersebut
akan diproses sesuai prosedur," jelas Iqbal seperti yang dikutip dari
media ini, Sabtu (24/2/2018).
Iqbal menghimbau sebaiknya masyarakat juga harus berperan untuk menekan penyebaran hoax. Caranya, tidak semua informasi yang beredar di media sosial perlu di-share.
”Hampir 100 persen yang tersebar di media sosial, kalau tidak bersumber resmi adalah hoax,” jelasnya.
Sebelumnya, polisi telah menangkap Wawan Kandar, 36, ketua RW yang
menjadi penyebar hoax mengenai penyerangan ulama terkait PKI yang
ditangkap dari Jawa Barat, disebut-sebut menyebar kabar bohong tersebut
atas desakan Babinsa (bintara pembina desa), dimana oknum Babinsa sempat
dikabarkan terhubung dengan salah satu penyebar hoax berinisial WSP.
Dugaan tersebut disebarluaskan oleh akun Twitter bernama Joxzin Jogja
@joxzin_jogja yang mengunggah foto pemberitaan dari surat kabar Radar
Bandung edisi Jumat, 23 Februari 2018.
Akun tersebut juga menuduh ada seorang elite militer non struktural
yang menggerakkan jaringan militer di bawah kendalinya untuk kepentingan
politik jangka pendek terutama terkait Pilpres 2019.
Namun polisi memastikan belum ada kesimpulan apa pun dari kasus ini.
dan sampai saat ini, penyelidikan belum menunjukkan adanya kepastian
terkait oknum mana pun, termasuk Babinsa.
Dalam kesempatan yang berbeda, Wakapolri Komjen Pol Syafruddin
menegaskan isu penyerangan terhadap tokoh agama dan pengerusakan
sejumlah rumah ibadah yang terjadi beberapa terakhir 95 persen
dinyatakan hoax.
Hal itu diungkapkannya di Masjid Arif Nurul Huda, Mabes Polda Jawa
Timur, Rabu (21/2). Syafruddin mengaku sudah meringkus satu tersangka
yang merancang dan menyebarkan isu bohong tersebut. Namun, pihaknya
tidak merinci identitas pelaku yang sudah tertangkap tersebut. Karena
masih dilakukan penyelidikan dan penelusuran lebih lanjut.
Menyikapi serangan hoax isu penyerangan ulama ini, Syafruddin sudah
memerintahkan jajarannya membentuk tim satgas di sejumlah daerah. Tim
yang paling besar ada 3. Tim tersebut dibentuk di tiga wilayah kerja
kepolisian. Yakni, di Jogja, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Tugas tim satgas tersebut, yakni menelusuri dan menangkap pembuat dan
penyebar isu bohong. Termasuk pelaku yang memiliki penyakit kejiwaan.
Pembentukan 3 tim terbesar di Jogja, Jawa Barat dan Jawa Timur
tersebut bukannya tanpa alasan. Dia mencatat, dari tiga wilayah
tersebut, Jawa Barat memiliki angka tertinggi peredaran isu hoax terkait
penyerangan sejumlah tokoh agama. Ada 13 kasus yang didata. Namun,
hanya dua kasus yang dinyatakan benar.
Tingginya isu hoax juga beredar di Jawa Timur. Yang dinyatakan benar
juga hanya dua kasus. Hanya, lanjutnya, polanya berbeda dengan tragedi
penyerangan tokoh agama pada 1998 lalu.
Sebaran isu keterlibatan oknum Babinsa dalam masalah informasi hoax kebangkitan PKI mengemuka belakangan ini berawal dari adanya wartawan Radar Bandung dan Jawa Pos yang
mengklarifikasi ke Kodam III/Slw terkait adanya keterlibatan oknum
Babinsa di Jawa Barat dalam penyebaran hoax tentang kebangkitan PKI
dan penyerangan ulama oleh orang gila.
Setelah dilakukan pengecekan terhadap kedua wartawan radar Bandung dan Jawa Pos dari mana asal-usul berita tentang keterlibatan Babinsa di Jawa Barat, kedua wartawan tersebut menyampaikan bahwa mendapatkan statement tersebut dari Wakadiv Humas Mabes Polri pada saat konferensi pers tentang ditangkapnya orang diduga menyebarkan isu hoax di media sosial.
[*]
foto hanya ilustrasi
[*]
foto hanya ilustrasi
Tidak ada komentar