LUGAS | Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyampaikan pidato "balasan" atas pidato Presiden Joko Widodo pada peringatan HUT Ke-72 TNI. Pidato sambutan itu disampaikan usai prosesi upacara, sebelum pemotongan tumpeng dilakukan oleh Jokowi.
Berikut dibawah ini pidato lengkap Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo:
Kami mohon maaf karena banyak yang harus naik ojek, jalan kaki. Bahkan Bapak Presiden Joko Widodo berjalan kaki kurang lebih 2 Km. Masyarakat sudah sejak jam 2 pagi mereka sudah ada di sini. Dan tidak mungkin kami meminta mereka kembali. Ini karena kecintaan masyarakat kepada TNI yang sangat dicintai.
Bapak Presiden, serta para undangan yang kami cintai,
Pada momentum hari TNI 5 Oktober 2017 yang membahagiakan dan membahagiakan, sebagai Panglima TNI sekaligus mewakili seluruh prajurit di seluruh Tanah Air yang sedang melakukan tugas, izinkan saya menegaskan kembali. Sekali lagi, bahwa sampai kapanpun TNI akan setia dan menjunjung tinggi sumpah prajurit yang tadi disampaikan Bapak Presiden.
Bagi kami, kesetiaan kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945, Pancasila adalah sendi utama yang melekat erat pada setiap jiwa raga TNI.
Pada saat yang sama, saya menegaskan pula bahwa politik TNI adalah politik negara. Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan apapun. Serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi. Dan sekali lagi, jangan ragukan TNI kesetiaannya.
Bapak Presiden dan para undangan yang berbahagia,
Di hadapan bapak-ibu sekalian telah berdiri pelaku sejarah perjuangan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Serta perwakilan prajurit TNI masa kini.
Pertama, Bapak Paimin. Lahir di di Bantul 10 Maret 1926. Beliau merupakan veteran pejuang kemerdekaan. Sebagai tentara pejuang, berjuang. Pada 46, beliau masuk BKR. Sampai tahun 1959 beliau ikut Agresi Militer 1 dan 2.
Sudah berumur 92, pada 1950-1970 bertugas di Batalion 439, Batalion 413 dan Kostrad Jakarta. Selama itu pernah menumpas DI/TII dan pembersihan sisa-sisa PKI.
Kedua, KH Sholeh Qosim atau biasa dipanggil Kiai Qosim atau Abah Soleh. Lahir di Sidoarjo 1 Januari 1930. Saat ini beliau merupakan pimpinan dan pengasuh PP Bahauddin Al Islami Sidoarjo.
Beliau adalah anggota Laskar Sabilillah 1943 pimpinan KH Maskur serta barisan Hisbullah, pejuang terdepan pada 10 November di Surabaya. Peran beliau, mengajak umat Islam bersatu melawan Belanda dan sekutunya.
Ketiga, perwakilan TNI masa kini. Letjen Edy Rahmayadi yang tadi bertindak sebagai jadi komandan upacara.
Mohon kepada Bapak Presiden sesudah berdoa akan memotong tumpeng dan menyerahkan kepada perwakilan pejuang dan prajurit TNI yang ada bersama kita.
Berikut dibawah ini pidato lengkap Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo:
Kami mohon maaf karena banyak yang harus naik ojek, jalan kaki. Bahkan Bapak Presiden Joko Widodo berjalan kaki kurang lebih 2 Km. Masyarakat sudah sejak jam 2 pagi mereka sudah ada di sini. Dan tidak mungkin kami meminta mereka kembali. Ini karena kecintaan masyarakat kepada TNI yang sangat dicintai.
Bapak Presiden, serta para undangan yang kami cintai,
Pada momentum hari TNI 5 Oktober 2017 yang membahagiakan dan membahagiakan, sebagai Panglima TNI sekaligus mewakili seluruh prajurit di seluruh Tanah Air yang sedang melakukan tugas, izinkan saya menegaskan kembali. Sekali lagi, bahwa sampai kapanpun TNI akan setia dan menjunjung tinggi sumpah prajurit yang tadi disampaikan Bapak Presiden.
Bagi kami, kesetiaan kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945, Pancasila adalah sendi utama yang melekat erat pada setiap jiwa raga TNI.
Pada saat yang sama, saya menegaskan pula bahwa politik TNI adalah politik negara. Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan apapun. Serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi. Dan sekali lagi, jangan ragukan TNI kesetiaannya.
Bapak Presiden dan para undangan yang berbahagia,
Di hadapan bapak-ibu sekalian telah berdiri pelaku sejarah perjuangan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Serta perwakilan prajurit TNI masa kini.
Pertama, Bapak Paimin. Lahir di di Bantul 10 Maret 1926. Beliau merupakan veteran pejuang kemerdekaan. Sebagai tentara pejuang, berjuang. Pada 46, beliau masuk BKR. Sampai tahun 1959 beliau ikut Agresi Militer 1 dan 2.
Sudah berumur 92, pada 1950-1970 bertugas di Batalion 439, Batalion 413 dan Kostrad Jakarta. Selama itu pernah menumpas DI/TII dan pembersihan sisa-sisa PKI.
Kedua, KH Sholeh Qosim atau biasa dipanggil Kiai Qosim atau Abah Soleh. Lahir di Sidoarjo 1 Januari 1930. Saat ini beliau merupakan pimpinan dan pengasuh PP Bahauddin Al Islami Sidoarjo.
Beliau adalah anggota Laskar Sabilillah 1943 pimpinan KH Maskur serta barisan Hisbullah, pejuang terdepan pada 10 November di Surabaya. Peran beliau, mengajak umat Islam bersatu melawan Belanda dan sekutunya.
Ketiga, perwakilan TNI masa kini. Letjen Edy Rahmayadi yang tadi bertindak sebagai jadi komandan upacara.
Mohon kepada Bapak Presiden sesudah berdoa akan memotong tumpeng dan menyerahkan kepada perwakilan pejuang dan prajurit TNI yang ada bersama kita.
Demikian pidato tersebut, sebagai penegasan kesetiaan TNI, bahwa sampai kapanpun TNI akan setia dan menjunjung tinggi sumpah prajurit, kesetiaan kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945 dimana didalamnya ada Pancasila sebagai sendi utama yang melekat erat pada setiap jiwa raga TNI.
Pada pidato tersebut Panglima TNI juga menegaskan bahwa politik TNI adalah politik negara, sebuah politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan apapun, serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi.
Tak kalah pentingnya, HUT TNI kali ini juga menghadirkan pelaku sejarah perjuangan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Serta perwakilan prajurit TNI masa kini. Hal ini untuk menegaskan betapa pentingnya sejarah. Sebab dengan mengetahui jalannya sejarah perjuangan bangsa, generasi yang akan datang akan dapat menjadikan sebagai pelajaran dalam menentukan arah jalannya bangsa dan negara di masa mendatang.
Pada pidato tersebut Panglima TNI juga menegaskan bahwa politik TNI adalah politik negara, sebuah politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan apapun, serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi.
Tak kalah pentingnya, HUT TNI kali ini juga menghadirkan pelaku sejarah perjuangan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Serta perwakilan prajurit TNI masa kini. Hal ini untuk menegaskan betapa pentingnya sejarah. Sebab dengan mengetahui jalannya sejarah perjuangan bangsa, generasi yang akan datang akan dapat menjadikan sebagai pelajaran dalam menentukan arah jalannya bangsa dan negara di masa mendatang.
Tidak ada komentar