LUGAS | Pendidikan - The Primary Years Program (PYP) Exhibition merupakan proyek akhir tahun
bagi siswa kelas 5 Sekolah Cikal, yang digelar di kampus sekolah Cikal,
Jl. TB Simatupang Kavling 18, Cilandak, Jakarta Selatan, selama dua
hari, Kamis - Jumat (28-29/1/2016).
"Tahun ini PYP Exhibition fokus pada
kegiatan ekonomi dan dampaknya kepada manusia dan lingkungan sekitar.
Siswa kelas 5 telah melewati proses analisa masalah, pencarian data,
membuat kesimpulan dan melakukan aksi usaha dalam menanggulangi
masalah," terang Wina Kartika Putri, Marketing Manager Sekolah Cikal.
Selain
melakukan pameran karya yang merupakan hasil dari aksi usaha mereka
dalam menanggulangi masalah yang dijadikan fokus pengamatan, mereka juga
melakukan presentasi di depan para juri.
"Mereka memikirkan cara
alternatif yang lebih murah, modern dan mudah untuk mensiasati
harga-harga yang melambung. Dan mereka mencoba berbagi dengan masyarakat
agar merubah mindset untuk lebih memilih produk lokal yangg
berkualitas, bahkan memberikan pelatihan-pelatihan seperti bertanam
hidroponik, mengajarkan membuat produk fashion dan aksesoris sebagai
alternatif kebutuhan yang tinggi terhadap produk impor," tutur Dhidi
Dian Cahyani, orangtua murid dari Zahran Ghanezia Partakusuma (Ghanez).
Ghanez (9 tahun), memilih
subyek pembahasan "Price" dari 5 pilihan tema yaitu Price, Technology,
Scarcity, Locality dan Ekonomy Syariah.
Ia memilih tema tersebut
dimana terjadi aktifitas ekonomi yang lebih efisien dan melibatkan
teknologi seperti Online Shop, ojek daring, dan sebagainya sebagai upaya
mengatasi kelangkaan dan kesulitan mendapatkan sumberdaya dengann
alternatif lain (daring), memanfaatkan teknologi. "Teknologi akan ambil
bagian dalam kegiatan ekonomi yang berprospek cerah di masa depan,"
kata Ghanez.
Dalam prosesnya, selain guru sebagai pembimbing,
orang tua dilibatkan sebagai fasilitator. Tak tanggung-tanggung, tim
Ghanez yang memilih subyek penelitian bertema Price melakukan wawancara
dengan nara sumber Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Semua
porses sepenuhnya dilakukan oleh siswa dari menentukan dan mulai
mencari central idea, interview, action, satu grup dibimbing oleh satu
mentor yang mengarahkan saja, orang tua hanya diberi laporan tiap step
dan sebagai fasilitator untuk kebutuhan-kebutuhan eksibisi.
Dhidi
Dian Cahyani, sosialita yang aktif di organisasi Wanita Indonesia Tanpa
Tembakau (WITT), ini melihat tugas PYP sebagai sebuah kegiatan
enterpreneur sesungguhnya, misalnya dalam mencari modal untuk membuat
usaha hydroponik ini, mereka pergi ke narasumber Bapak Welly Handoko,
Kepala bagian Kredit Consumer BCA untuk sharing tentang kredit usaha.
"Action
untuk membuat usaha, merek menyusun proposal permohonan kredit kepada
orangtua yang akan dikembalikan setelah acara Market Day yang
berlangsung selama tiga hari, dimana mereka melakukan kegiatan penjualan
produk yang mereka buat, seperti Ghanez dengan grup 'Price' yang
menjual makanan dan minuman berbahan baku sayuran hydroponik," tutur
Dhidi.
"Yang
membanggakan sebenarnya karena isu berat ini dibahas oleh anak-anak
kelas 5 SD yang baru berumur 9-10 tahun. Masing-masing grup membahas
permasalahan, kendala, tantangan dan mencari solusi dari permasalahan
untuk dapat dibuat action yang akan mereka bagi untuk masyarakat
sekitar," terang Dhidi Dian Cahyani.
[L/Ida]
Tidak ada komentar