LUGAS | Jakarta - Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan telah menyampaikan kekhawatiran atas memburuknya konflik antara Arab Saudi dan Iran.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku telah berbincang dengan menlu kedua negara serta Organisasi Kerjasama Islam (OKI), namun perundingan-perundingan tersebut sejauh ini belum memiliki dampak positif.
“Sejauh ini tidak ada hasil meyakinkan dari komunikasi intensif yang saya jalin dengan begitu banyak menteri luar negeri. Kami tahu situasinya sangat kompleks sehingga kami akan melanjutkan upaya komunikasi intensif,” kata Retno sebagaimana dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Rebecca Henschke.
Pada pernyataan pers tahunan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (07/01), Retno mengatakan Indonesia punya hubungan baik dengan kedua negara dan Indonesia berada pada posisi yang baik untuk memulai dialog dan mengusulkan proses perdamaian.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku telah berbincang dengan menlu kedua negara serta Organisasi Kerjasama Islam (OKI), namun perundingan-perundingan tersebut sejauh ini belum memiliki dampak positif.
“Sejauh ini tidak ada hasil meyakinkan dari komunikasi intensif yang saya jalin dengan begitu banyak menteri luar negeri. Kami tahu situasinya sangat kompleks sehingga kami akan melanjutkan upaya komunikasi intensif,” kata Retno sebagaimana dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Rebecca Henschke.
Pada pernyataan pers tahunan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (07/01), Retno mengatakan Indonesia punya hubungan baik dengan kedua negara dan Indonesia berada pada posisi yang baik untuk memulai dialog dan mengusulkan proses perdamaian.
Menurutnya, Indonesia akan lebih aktif menyampaikan pesan perdamaian, toleransi, dan wajah demokrasi Islam kepada dunia pada 2016.
Dia menambahkan, Indonesia dengan predikat sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan rumah bagi kaum Sunni dan Syiah, bisa memainkan peranan unik dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah.
Indonesia juga telah mendesak baik Arab Saudi maupun Iran untuk mengakhiri ketegangan yang berlangsung usai eksekusi terhadap ulama Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr di Arab Saudi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia akan tetap bersikap netral dan mencari cara guna mengupayakan perdamaian antara kedua negara.
Kekhawatiran
Dr Rizal Sukma, yang kini menjabat direktur eksekutif lembaga kajian Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan bakal segera menjabat duta besar Indonesia untuk Inggris, mengatakan Indonesia perlu bekerja di dalam kerangka OKI untuk mencapai hasil. Jika tidak, menurutnya, pernyataan menyerukan perdamaian tidak akan berarti apa-apa.
Dia juga mengatakan Indonesia seharusnya menaruh kekhawatiran atas memburuknya hubungan antara Arab Saudi dan Iran.
“Kita khawatir kalau konflik antara Arab Saudi dan Iran ini juga akan berimbas secara negatif kepada hubungan antara Sunni dan Syiah yang tentu pada gilirannya bisa berimplikasi pada hubungan terhadap Sunni dan Syiah di Indonesia,” kata Rizal.
Karena itu, tambahnya, hubungan Iran dan Arab Saudi merupakan kunci bagi stabilitas di Timur Tengah dan di negara-negara berpenduduk mayoritas Islam.
Sebaliknya, Menlu Retno Marsudi mengatakan terus memantau ketegangan Sunni-Syiah di Indonesia, namun dirinya tidak khawatir dengan jumlah warga negara Indonesia yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Jumlah mereka, kata Retno, sedikit jika dibandingkan dengan populasi Indonesia. [L/BBC]
sumber
Tidak ada komentar