LUGAS | Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui tidak menutup kemungkinan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) apabila terjadi perubahan dramatis kenaikan harga minyak dunia.
Namun demikian, dengan kondisi perkembangan harga minyak dunia saat ini, dia menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM pada tahun ini.
Pasalnya, ujarnya, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah dengan menaikkan harga sumber energi. Antara lain menaikkan harga tarif dasar listrik dan harga bahan bakar gas pada tahun ini, serta menaikkan harga BBM pada tahun lalu.
Langkah tersebut, ujar SBY, tetap dilakukan pemerintah demi menjaga anggaran dari defisit yang berlebihan kendati hal itu berdampak pada rakyat kebanyakan.
Dengan demikian, lanjutnya, beban rakyat akan semakin besar apabila pemerintah kembali menaikkan harga BBM pada tahun ini.
"Tetapi saya juga terus memantau perkembangan. Apabila dalam waktu 7 minggu ke depan ini ada perubahan situasi yang dramatis, harga minyak mentah dunia meroket misalnya, dan kalau tidak saya naikkan BBM, APBN kita jebol, pasti dengan terpaksa saya naikkan," ujar SBY dalam wawancara khusus yang diunggah melalui akun youtube Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (29/8) petang.
Namun demikian, SBY menegaskan kondisi saat ini justru terbalik. Saat ini, ujarnya, harga minyak mentah dunia justru cenderung turun.
"Sehingga logika atau alasan untuk menaikkan kembali harga BBM, apalagi pemerintah sudah menaikkan harga listrik dan gas, itu tidak kuat," katanya.
SBY mengakui adanya tekanan atau desakan kepada pemerintah yang dipimpinnya untuk menaikkan harga BBM. Desakan tersebut, ujarnya, bisa digolongkan luar biasa.
SBY menyebutkan desakan untuk menaikkan harga BBM datang dari kalangan partai politik tertentu, media konvensional tertentu, dan sejumlah pihak.
"Saya ingin memahami mengapa saya didesak untuk segera menaikkan harga," katanya.
Menurut SBY, pemerintah sudah melakukan sejumlah langkah jika alasan permintaan menaikkan harga BBM adalah untuk menurunkan defisit anggaran.
"Tahun lalu kami sudah menaikkan harga BBM. Tahun ini harga listrik dan bahan bakar gas. Ada juga pemotongan anggaran. Kan itu juga dalam rangka mengurangi defisit," ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa ketika 2004 lalu tidak mendesak pemerintah eksisting yang ketika itu dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menaikkan harga BBM. Padahal, ujarnya, kesenjangan antara harga yang disubsidi dengan harga keekonomiannya ketika itu tergolong besar.
Dia juga mengingatkan penolakan yang kerap dilakukan sejumlah fraksi di DPR saat pemerintah mengusulkan kenaikan harga BBM dengan alasan inflasi dan kemiskinan.
"Jika alasannya itu, justru mengapa sekarang kami dipaksa menaikkan harga BBM? Tidakkah meningkatkan kemiskinan? Tidakkah membebani masyarakat?"
[jibi]
Namun demikian, dengan kondisi perkembangan harga minyak dunia saat ini, dia menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM pada tahun ini.
Pasalnya, ujarnya, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah dengan menaikkan harga sumber energi. Antara lain menaikkan harga tarif dasar listrik dan harga bahan bakar gas pada tahun ini, serta menaikkan harga BBM pada tahun lalu.
Langkah tersebut, ujar SBY, tetap dilakukan pemerintah demi menjaga anggaran dari defisit yang berlebihan kendati hal itu berdampak pada rakyat kebanyakan.
Dengan demikian, lanjutnya, beban rakyat akan semakin besar apabila pemerintah kembali menaikkan harga BBM pada tahun ini.
"Tetapi saya juga terus memantau perkembangan. Apabila dalam waktu 7 minggu ke depan ini ada perubahan situasi yang dramatis, harga minyak mentah dunia meroket misalnya, dan kalau tidak saya naikkan BBM, APBN kita jebol, pasti dengan terpaksa saya naikkan," ujar SBY dalam wawancara khusus yang diunggah melalui akun youtube Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (29/8) petang.
Namun demikian, SBY menegaskan kondisi saat ini justru terbalik. Saat ini, ujarnya, harga minyak mentah dunia justru cenderung turun.
"Sehingga logika atau alasan untuk menaikkan kembali harga BBM, apalagi pemerintah sudah menaikkan harga listrik dan gas, itu tidak kuat," katanya.
SBY mengakui adanya tekanan atau desakan kepada pemerintah yang dipimpinnya untuk menaikkan harga BBM. Desakan tersebut, ujarnya, bisa digolongkan luar biasa.
SBY menyebutkan desakan untuk menaikkan harga BBM datang dari kalangan partai politik tertentu, media konvensional tertentu, dan sejumlah pihak.
"Saya ingin memahami mengapa saya didesak untuk segera menaikkan harga," katanya.
Menurut SBY, pemerintah sudah melakukan sejumlah langkah jika alasan permintaan menaikkan harga BBM adalah untuk menurunkan defisit anggaran.
"Tahun lalu kami sudah menaikkan harga BBM. Tahun ini harga listrik dan bahan bakar gas. Ada juga pemotongan anggaran. Kan itu juga dalam rangka mengurangi defisit," ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa ketika 2004 lalu tidak mendesak pemerintah eksisting yang ketika itu dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menaikkan harga BBM. Padahal, ujarnya, kesenjangan antara harga yang disubsidi dengan harga keekonomiannya ketika itu tergolong besar.
Dia juga mengingatkan penolakan yang kerap dilakukan sejumlah fraksi di DPR saat pemerintah mengusulkan kenaikan harga BBM dengan alasan inflasi dan kemiskinan.
"Jika alasannya itu, justru mengapa sekarang kami dipaksa menaikkan harga BBM? Tidakkah meningkatkan kemiskinan? Tidakkah membebani masyarakat?"
[jibi]
Tidak ada komentar