LUGAS | Jakarta - Salah satu masalah utama dalam pemilihan presiden adalah manipulasi daftar pemilihan tetap (DPT).
Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Chusnul Mar'iyah, mengungkapkan, manipulasi DPT sengaja dilakukan untuk menggelembungkan atau menciutkan suara salah satu pasangan dalam pemilihan presiden 2014 ini.
"Kecurangan itu bisa juga melibatkan pihak penyelenggara pemilu," kata Chusnul dalam diskusi Apakah Kejahatan Pilpres akan Menuai Malapetaka Bangsa yang digelar Insititut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (18/8).
Pemilu sekarang, menurut Chusnul, merupakan pemilu yang penuh rekayasa. Permasalahkan DPT tidak diselesaikan dengan baik oleh KPU. Buktinya, masih banyak ditemukan orang yang sudah wafat masih terdaftar dalam DPT.
"Sekarang kita kenal dengan DPT oplosan," tegas Chusnul.
Chunsul pun memberkan soal pemilih khusus yang ditemukan tambahan 6,09 juta orang. Padahal pertambahan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 1,5 persen atau 4 juta per satu tahun.
"Ini dalam dua bulan saja, Mei sampai Juli ada 6 juta tambahan. Darimana itu?" katanya Chusnul mempertanyakan.
Menurut Chusnul hal ini yang perlu diklarifikasi KPU tidak hanya di Mahkamah Konstitusi (MK) saja. Masalah DPT harus jadi pekerjaan besar pemerintah kedepan karena soal DPT negara bisa mengalami banyak kerugian. [rmol]
Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Chusnul Mar'iyah, mengungkapkan, manipulasi DPT sengaja dilakukan untuk menggelembungkan atau menciutkan suara salah satu pasangan dalam pemilihan presiden 2014 ini.
"Kecurangan itu bisa juga melibatkan pihak penyelenggara pemilu," kata Chusnul dalam diskusi Apakah Kejahatan Pilpres akan Menuai Malapetaka Bangsa yang digelar Insititut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (18/8).
Pemilu sekarang, menurut Chusnul, merupakan pemilu yang penuh rekayasa. Permasalahkan DPT tidak diselesaikan dengan baik oleh KPU. Buktinya, masih banyak ditemukan orang yang sudah wafat masih terdaftar dalam DPT.
"Sekarang kita kenal dengan DPT oplosan," tegas Chusnul.
Chunsul pun memberkan soal pemilih khusus yang ditemukan tambahan 6,09 juta orang. Padahal pertambahan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 1,5 persen atau 4 juta per satu tahun.
"Ini dalam dua bulan saja, Mei sampai Juli ada 6 juta tambahan. Darimana itu?" katanya Chusnul mempertanyakan.
Menurut Chusnul hal ini yang perlu diklarifikasi KPU tidak hanya di Mahkamah Konstitusi (MK) saja. Masalah DPT harus jadi pekerjaan besar pemerintah kedepan karena soal DPT negara bisa mengalami banyak kerugian. [rmol]
Tidak ada komentar