Irman Gusman di Pasar Ilir, Palembang. |
TABLOIDLUGAS.COM | Ketua DPD RI Irman Gusman nampaknya sadar betul akan potensi dan peran penting pasar tradisional dalam menggerakan ekonomi nasional. Hal itu di buktikan Irman dengan turut serta mengajak masyarakat untuk kembali belanja ke pasar tradisional. Salah satunya dengan media sosialisasi spanduk yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini sebagai kelanjutan dari programnya yang terkenal sebagai gerakan nasional kembali ke pasar.
Melalui spanduk yang bertuliskan ajakan Yo...ke Pasar Yo..., Irman memberi pesan kepada masyarakat akan pentingnya pasar tradisional yang telah menjadi tulang punggung penopang ekonomi masyarakat.
Melalui spanduk yang bertuliskan ajakan Yo...ke Pasar Yo..., Irman memberi pesan kepada masyarakat akan pentingnya pasar tradisional yang telah menjadi tulang punggung penopang ekonomi masyarakat.
"Menjaga keberadaan pasar tradisional adalah dengan mengingatkan, mengajak dan menyerukan masyarakat untuk kembali belanja ke pasar tradisional," ujar Irman.
Dalam pandangan Irman, penting dilakukan pelatihan bagi para pedagang agar mampu meningkatkan omset penjualan mereka. Namun yang tidak kalah penting dari itu semua adalah mengajak masyarakat untuk kembali belanja ke pasar tradisional.
"Pasar adalah showroom bagi produk lokal Indonesia. Keberadaannya harus terus kita lindungi dan kualitasnya harus terus kita tingkatkan," kata Irman.
Irman Gusman cukup dapat merasakan problematika dan dinamika pedagang pasar karena ia berasal dari keluarga pedagang termasuk mereka yang berjualan di pasar tradisional. Bahkan sejak kecil kesehariannya pun tak lepas dari pasar tradisional yang ada di kampungnya di daerah Padang, Sumatera Barat.
“Sebetulnya 80% keluarga saya itu adalah pedagang baik di daerah Sumatera Barat, mau pun yang ada di luar daerah seperti di Pasar Tanah Abang, Pasar Melawai, Pasar Mayestik Jakarta dan di beberapa tempat lainnya. Jadi tidak mungkin kalau saya tidak berpihak kepada pedagang tradisional,” tegasnya.
Potensi Pasar Tradisional
Pasar tradisional menjadi penting keberadaanya bagi penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa, dan memiliki 13.450 pasar tradisional dengan jumlah pedagang yang mencapai 12,5 juta orang.
Pasar tradisional memiliki pedagang yang cukup besar, mencapai 12,5 juta orang. Jika diasumsikan setiap pedagang pasar menghidupi 5 orang keluarga (suami, istri, dan 3 anak), maka 62,5 juta jiwa bergantung pada pasar tradisional.
Jumlah tersebut belum termasuk jejaring rantai yang bergantung dengan pasar, dari hulu sampai hilir. Mulai dari kuli panggul, tukang ojeg, becak, sopir angkot. Atau petani-petani kecil yang hanya mampu menjual barang dagangannya di pasar tradisional.
Di masakini, Irman melihat bahwa pasar tradisional harus tampil modern dan tak lagi semrawut serta becek. Oleh karenanya dia meminta adanya suatu kolaborasi dengan industri atau perusahaan besar yang sifatnya saling menguntungkan antar kedua pihak. (L/AgusWibowo)
"Pasar adalah showroom bagi produk lokal Indonesia. Keberadaannya harus terus kita lindungi dan kualitasnya harus terus kita tingkatkan," kata Irman.
Irman Gusman cukup dapat merasakan problematika dan dinamika pedagang pasar karena ia berasal dari keluarga pedagang termasuk mereka yang berjualan di pasar tradisional. Bahkan sejak kecil kesehariannya pun tak lepas dari pasar tradisional yang ada di kampungnya di daerah Padang, Sumatera Barat.
“Sebetulnya 80% keluarga saya itu adalah pedagang baik di daerah Sumatera Barat, mau pun yang ada di luar daerah seperti di Pasar Tanah Abang, Pasar Melawai, Pasar Mayestik Jakarta dan di beberapa tempat lainnya. Jadi tidak mungkin kalau saya tidak berpihak kepada pedagang tradisional,” tegasnya.
Potensi Pasar Tradisional
Pasar tradisional menjadi penting keberadaanya bagi penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa, dan memiliki 13.450 pasar tradisional dengan jumlah pedagang yang mencapai 12,5 juta orang.
Pasar tradisional memiliki pedagang yang cukup besar, mencapai 12,5 juta orang. Jika diasumsikan setiap pedagang pasar menghidupi 5 orang keluarga (suami, istri, dan 3 anak), maka 62,5 juta jiwa bergantung pada pasar tradisional.
Jumlah tersebut belum termasuk jejaring rantai yang bergantung dengan pasar, dari hulu sampai hilir. Mulai dari kuli panggul, tukang ojeg, becak, sopir angkot. Atau petani-petani kecil yang hanya mampu menjual barang dagangannya di pasar tradisional.
Di masakini, Irman melihat bahwa pasar tradisional harus tampil modern dan tak lagi semrawut serta becek. Oleh karenanya dia meminta adanya suatu kolaborasi dengan industri atau perusahaan besar yang sifatnya saling menguntungkan antar kedua pihak. (L/AgusWibowo)
Tidak ada komentar