TABLOIDLUGAS.COM | Nasional - Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (Iwapi) tengah menyusun strategi untuk
menghadapi pasar Asean atau Asean Economy Community tahun 2015
mendatang. Konsulidasi internal dan penyusunan strategi tersebut dibahas
dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang digelar pada hari Jumat
(10/5).
Iwapi adalah salah satu anggota Kongres Wanita Indonesia (Kowani), yang kini membawahi sekitar 50.000 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dikelola oleh perempuan. Nita Yudi mengatakan, yang akan dipersiapkan adalah sumber daya manusia (SDM) pengusaha perempuan itu sendiri, maupun produk yang akan dipasarkan sebagai icon Indonesia.
Secara SDM, kata Nita, sebetulnya perempuan Indonesia tidak kalah bersaing dengan perempuan negara Asean lainnya. Hanya saja kurang berkembang karena belum didukung dengan perangka peraturan yang kondusif.
“Misalnya pajak dan bunga bank masih tinggi. Sementara untuk pinjam di perbankan, perempuan sudah takut duluan, dan kurang percaya diri. Termasuk juga masih rumitnya birokrasi, yang akhirnya membuat perempuan lebih pilih rentenir,” kata Nita, di sela-sela Kowani Fair 2013, yang dibuka Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, di Jakarta, Rabu (8/5).
Pembukaan Kowani Fair 2013 yang diikuti 140 stand, termasuk milik Iwapi ini, juga dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Ketua Umum Kowani Dewi Motik Pramono, dan Ketua Umum Iwapi Nita Yudi.
Dalam sambutannya Linda Gumelar mengatakan, dengan jumlah 49,7% dari total penduduk Indonesia, peluang perempuan untuk mengembangkan pasar di dalam negeri maupun internasional sangat besar. Apalagi, hampir 50% dari UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Linda berharap, produk UMKM ditingkat lagi seiring dengan konsen Asean untuk meningkatkan ekonominya saat ini.
Dewi Motik menambahkan, bisnis produk handycraf dalam negeri tidak lepas dari peran pengusaha perempuan. Produk yang dihasilam UMKM tersebut memiliki karakteristik yang unik, yakni harus dikerjakan dengan telaten, ulet, dan penuh inovasi.
Karena itu Dewi mengajak agar pengusaha perempuan Indonesia terus meningkatkan inovasinya untuk menghasilkan lebih banyak produk kerajinan tangan yang lebih bermutu dan berkualitas internasional.
Syarief Hasan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik tidak lepas dari peran perempuan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan , dari 50 juta pelaku usaha kecil dan menengah, lebih dari separuhnya dilakukan dan dimiliki oleh kaum perempuan.
Ke depan, Syarief berharap agar pengusaha perempuan lebih bisa mengoptimalkan pasar dalam negeri yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk mencapai 245 juta merupakan pasar yang tidak boleh diabaikan.
“Indonesia merupakan pasar terbesar ke-4 dunia, jadi mari kita menjaga dan mengisinya. Kalau kita tidak mengambilnya, saya khawatir negara tetangga yang akan merebutnya,” kata Syarief. (gi/sp)
Iwapi adalah salah satu anggota Kongres Wanita Indonesia (Kowani), yang kini membawahi sekitar 50.000 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dikelola oleh perempuan. Nita Yudi mengatakan, yang akan dipersiapkan adalah sumber daya manusia (SDM) pengusaha perempuan itu sendiri, maupun produk yang akan dipasarkan sebagai icon Indonesia.
Secara SDM, kata Nita, sebetulnya perempuan Indonesia tidak kalah bersaing dengan perempuan negara Asean lainnya. Hanya saja kurang berkembang karena belum didukung dengan perangka peraturan yang kondusif.
“Misalnya pajak dan bunga bank masih tinggi. Sementara untuk pinjam di perbankan, perempuan sudah takut duluan, dan kurang percaya diri. Termasuk juga masih rumitnya birokrasi, yang akhirnya membuat perempuan lebih pilih rentenir,” kata Nita, di sela-sela Kowani Fair 2013, yang dibuka Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, di Jakarta, Rabu (8/5).
Pembukaan Kowani Fair 2013 yang diikuti 140 stand, termasuk milik Iwapi ini, juga dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Ketua Umum Kowani Dewi Motik Pramono, dan Ketua Umum Iwapi Nita Yudi.
Dalam sambutannya Linda Gumelar mengatakan, dengan jumlah 49,7% dari total penduduk Indonesia, peluang perempuan untuk mengembangkan pasar di dalam negeri maupun internasional sangat besar. Apalagi, hampir 50% dari UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Linda berharap, produk UMKM ditingkat lagi seiring dengan konsen Asean untuk meningkatkan ekonominya saat ini.
Dewi Motik menambahkan, bisnis produk handycraf dalam negeri tidak lepas dari peran pengusaha perempuan. Produk yang dihasilam UMKM tersebut memiliki karakteristik yang unik, yakni harus dikerjakan dengan telaten, ulet, dan penuh inovasi.
Karena itu Dewi mengajak agar pengusaha perempuan Indonesia terus meningkatkan inovasinya untuk menghasilkan lebih banyak produk kerajinan tangan yang lebih bermutu dan berkualitas internasional.
Syarief Hasan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik tidak lepas dari peran perempuan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan , dari 50 juta pelaku usaha kecil dan menengah, lebih dari separuhnya dilakukan dan dimiliki oleh kaum perempuan.
Ke depan, Syarief berharap agar pengusaha perempuan lebih bisa mengoptimalkan pasar dalam negeri yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk mencapai 245 juta merupakan pasar yang tidak boleh diabaikan.
“Indonesia merupakan pasar terbesar ke-4 dunia, jadi mari kita menjaga dan mengisinya. Kalau kita tidak mengambilnya, saya khawatir negara tetangga yang akan merebutnya,” kata Syarief. (gi/sp)
Tidak ada komentar