TABLOIDLUGAS.COM | Nasional - Soal syahwat menjadi garam yang bisa mengasinkan panggung politik. Menariknya, ihwal ini sempat meramaikan PKS. Banyaknya politisi partai yang poligami menjadi sorotan publik.
Urusan syahwat juga (telah) menjalar di kalangan kader dan politisi PKS. Kelas perbuatannya tentu beda. Bukan dalam perselingkuhan, tetapi lebih banyak pada poligami.
Seorang mantan aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kepada media ini menyatakan ada beberapa alasan praktis atas politik syahwat di kalangan PKS yang pantas untuk diamati. Alasan-alasan ini, sejatinya, berada di luar ketertarikan sepasang anak manusia.
Pertama, poligami dilakukan kader dan politisi PKS untuk memperbanyak kader dan anak. Kedua, politisi PKS memang ditolerir untuk poligami karena jumlah perempuan lebih banyak dari lelaki. Ketiga, tabiat politisi PKS umumnya condong kepada poligami sebagai suatu kenikmatan, ketimbang selingkuh yang dianggap perbuatan setan.
Karena itu, banyak kader PKS yang kaget ketika Cahyadi Takariawan, seorang anggota Majelis Syura PKS yang disegani, menulis buku Bahagiakan Diri dengan Satu Istri. Buku terbitan Era Intermedia, Solo itu, telah dicetak hingga 10.000 eksemplar. Buku setebal 278 halaman itu mengupas sisi-sisi lain dari keluarga yang berpoligami.
Kini buku karya Ustadz Cahyadi itu mengubah paradigma umum di kalangan wanita PKS yang selama ini mendukung poligami. Kalau yang menulis orang luar atau orang yang sekuler, kalangan PKS tidak akan heran. Tapi, kali ini yang menulis adalah ustadz yang kredibilitasnya sangat diakui di Majelis Syura PKS.
Majelis syura adalah elemen tertinggi di partai yang berdiri sejak 1998 (awalnya bernama Partai Keadilan). Anggota majelis hanya 99 orang yang dipilih dari jutaan kader PKS di seluruh Indonesia.
Bahagiakan Diri dengan Satu Istri disambut gembira jutaan kader wanita PKS. Namun, sebaliknya, para kader pria yang sudah atau akan berpoligami bereaksi dengan keras.
Buku Cahyadi tak pelak memicu kontroversi yang panas. Sebab di kalangan PKS, para petingginya banyak yang poligami. Wakil Bendahara Umum DPP PKS Didin Amarudin, misalnya, beristri tiga. Akibat terbitnya buku itu, konon istri-istrinya menjadi gelisah.
Didin kepada pers pernah menyampaikan kisah sukses poligami dirinya. Istri pertama Didin dinikahi pada 1990. Lalu, istri kedua pada 2001. Terakhir, Didin menikahi akhwat (kader PKS) menjadi istri ketiga pada 2002.
Tifatul Sembiring, Presiden PKS kelahiran Bukittinggi, 46 tahun lalu, juga beristri dua. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta juga berpoligami. Bahkan, istri kedua Anis berkebangsaan asing, asal Hungaria. Zulkifliemansyah, anggota DPR PKS yang gagal jadi Gubernur Banten, juga dikabarkan sudah menikah lagi.
Para qiyadah (pimpinan) partai PKS gelisah karena buku itu dijadikan simbol perlawanan terhadap suami yang akan menikah lagi. Rupanya, buku yang menganjurkan lelaki memiliki satu istri itu menjadi antitesa bagi politisi PKS yang doyan poligami, sehingga ditarik dari peredaran. [L/inilah.com]
Urusan syahwat juga (telah) menjalar di kalangan kader dan politisi PKS. Kelas perbuatannya tentu beda. Bukan dalam perselingkuhan, tetapi lebih banyak pada poligami.
Seorang mantan aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kepada media ini menyatakan ada beberapa alasan praktis atas politik syahwat di kalangan PKS yang pantas untuk diamati. Alasan-alasan ini, sejatinya, berada di luar ketertarikan sepasang anak manusia.
Pertama, poligami dilakukan kader dan politisi PKS untuk memperbanyak kader dan anak. Kedua, politisi PKS memang ditolerir untuk poligami karena jumlah perempuan lebih banyak dari lelaki. Ketiga, tabiat politisi PKS umumnya condong kepada poligami sebagai suatu kenikmatan, ketimbang selingkuh yang dianggap perbuatan setan.
Karena itu, banyak kader PKS yang kaget ketika Cahyadi Takariawan, seorang anggota Majelis Syura PKS yang disegani, menulis buku Bahagiakan Diri dengan Satu Istri. Buku terbitan Era Intermedia, Solo itu, telah dicetak hingga 10.000 eksemplar. Buku setebal 278 halaman itu mengupas sisi-sisi lain dari keluarga yang berpoligami.
Kini buku karya Ustadz Cahyadi itu mengubah paradigma umum di kalangan wanita PKS yang selama ini mendukung poligami. Kalau yang menulis orang luar atau orang yang sekuler, kalangan PKS tidak akan heran. Tapi, kali ini yang menulis adalah ustadz yang kredibilitasnya sangat diakui di Majelis Syura PKS.
Majelis syura adalah elemen tertinggi di partai yang berdiri sejak 1998 (awalnya bernama Partai Keadilan). Anggota majelis hanya 99 orang yang dipilih dari jutaan kader PKS di seluruh Indonesia.
Bahagiakan Diri dengan Satu Istri disambut gembira jutaan kader wanita PKS. Namun, sebaliknya, para kader pria yang sudah atau akan berpoligami bereaksi dengan keras.
Buku Cahyadi tak pelak memicu kontroversi yang panas. Sebab di kalangan PKS, para petingginya banyak yang poligami. Wakil Bendahara Umum DPP PKS Didin Amarudin, misalnya, beristri tiga. Akibat terbitnya buku itu, konon istri-istrinya menjadi gelisah.
Didin kepada pers pernah menyampaikan kisah sukses poligami dirinya. Istri pertama Didin dinikahi pada 1990. Lalu, istri kedua pada 2001. Terakhir, Didin menikahi akhwat (kader PKS) menjadi istri ketiga pada 2002.
Tifatul Sembiring, Presiden PKS kelahiran Bukittinggi, 46 tahun lalu, juga beristri dua. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta juga berpoligami. Bahkan, istri kedua Anis berkebangsaan asing, asal Hungaria. Zulkifliemansyah, anggota DPR PKS yang gagal jadi Gubernur Banten, juga dikabarkan sudah menikah lagi.
Para qiyadah (pimpinan) partai PKS gelisah karena buku itu dijadikan simbol perlawanan terhadap suami yang akan menikah lagi. Rupanya, buku yang menganjurkan lelaki memiliki satu istri itu menjadi antitesa bagi politisi PKS yang doyan poligami, sehingga ditarik dari peredaran. [L/inilah.com]
Tidak ada komentar